Jumat, 11 Juli 2014
KECAMATAN BESUKI
Kecamatan Besuki adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Luasnya adalah 26,08 km². Pada tahun 2004, penduduknya berjumlah 57.109 jiwa. Pada zaman dahulu kota ini penting karena merupakan ibu kota Karesidenan Besuki. Pada zaman Majapahit, Besuki sudah merupakan suatu daerah yang berkembang dan dikenal dengan nama Keta yang pernah bersama dengan Sadeng melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Majapahit tapi berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1331.
Alun - alun dan Masjid Besuki pada tahun 1929 ini membuktikan bahwa kemajuan peradaban masyarakat besuki dibanding dengan masyarakat diwilayah yang lain, bahkan besuki pernah menjadi pusat karesidenan untuk wilayah Kab.Situbondo, Jember, Bondowoso dan Banyuwangi .

Ini rumah resident Besuki saat belum di pindahkan ke Bondowoso pada waktu pemerintahan penjajahan Belanda pada tahun 1927 - 1929, sekarang di jadikan Sekolah oleh masyarakat yaitu SMA N 1 Besuki. Dibawah ini di sebutkan beberapa kelurahan atau desa di kecamatan Besuki
Kelurahan/desa di Kecamatan Besuki
Kamis, 10 Juli 2014
SEJARAH KABUPATEN SITUBONDO
Kabupaten Situbondo adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia dengan pusat pemerintahan dan ibukota terletak di Kecamatan SitubondoKota ini terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa,
dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan
lokasi usaha perikanan. Dengan letaknya yang strategis, di tengah jalur
transportasi darat Jawa-Bali, kegiatan perekonomiannya tampak aktif.
Situbondo mempunyai pelabuhan Panarukan yang terkenal sebagai ujung timur dari Jalan Raya Pos Anyer- Panarukan di pulau Jawa yang dibangun oleh Daendels pada era kolonial Belanda. Konon, Situbondo pada zaman dahulu merupakan suatu situ atau danau
besar. Pada zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Jawa, Situbondo merupakan
bagian dari konflik-konflik perebutan wilayah dan kekuasaan kerajaan Majapahit dengan kerajaan Blambangan, dan di daerah inilah diyakini perang Paregreg sebagai bagian dari kehancuran Majapahit terjadi.
Penduduk Situbondo berasal dari beragam suku, mayoritas berasal dari suku Jawa dan suku Madura.
Pada tahun 1950 sampai 1970-an, kehidupan perekonomian kebanyakan
ditunjang oleh industri gula dengan adanya 6 perkebunan dan pabrik gula
di sekelilingnya, yaitu di Asembagus, Panji, Olean, Wringin Anom, Demas, dan Prajekan. Dengan surutnya industri gula pada tahun 1980 dan 1990-an, kegiatan perekonomian bergeser ke arah usaha perikanan. Usaha pembibitan dan pembesaran udang menjadi tumpuan masyarakat.
Mangga manalagi, gadung, dan arumanis dari Situbondo sangat terkenal dan banyak dicari oleh penggemar buah.
Sampai saat ini potensi ekonomi dari perkebunan mangga tersebut masih
ditangani secara industri rumah tangga, belum dalam skala industri
perkebunan. Beberapa potensi kekayaan alam lainnya masih "menganggur". Ditengarai kandungan minyak bumi di Kabupaten Situbondo (sekitar Olean) cukup melimpah. Masyarakat Situbondo menunggu investor untuk datang dan mengeksplorasi kekayaan alam yang sampai sekarang "masih tersembunyi".
Masyarakat Jawa Timur banyak mengenal Situbondo dari pantai Pasir
Putih, suatu tempat rekreasi pantai yang berjarak kurang lebih 23 km di
sebelah barat Situbondo. Pasir Putih terkenal dengan pantainya yang
landai dan berpasir putih. pada tahun 1960 hingga 1970-an masih banyak
habitat laut yang bisa ditemukan dipantai ini. Kuda laut dan batu karang
cantik berwarna warni banyak dijual di akuarium penjual ikan hias
setempat, namun kini makhluk tersebut tidak dapat ditemui lagi.
Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah kabupaten Panarukan
dengan ibukota Situbondo, sehingga pada masa pemerintahan Belanda oleh
Gubernur Jendral Daendels
(± th 1808 - 1811) yang membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang
pantai utara pulau Jawa dikenal dengan sebutan "Jalan Anyer - Panarukan"
atau lebih dikenal dengan "Jalan Daendels",
kemudian seiring waktu berjalan barulah pada masa Pemerintahan Bupati
Achmad Tahir (± th 1972) diubah menjadi Kabupaten Situbondo dengan
ibukota Situbondo berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor. 28 / 1972
tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah
Daerah.
Kediaman Bupati Situbondo pada masa lalu beluml berada di lingkungan
Pendopo Kabupaten, namun masih menempati rumah pribadinya. Pada masa
Pemerintahan Bupati Raden Aryo Poestoko Pranowo (± th 1900 - 1924), dia
memperbaiki Pendopo Kabupaten sekaligus membangun Kediaman Bupati dan
Paviliun Ajudan Bupati
hingga sekarang ini, kemudian pada masa Pemerintahan Bupati Drs. H.
Moh. Diaaman, Pemerintah Kabupaten Situbondo memperbaiki kembali Pendopo
Kabupaten (± th 2002).
Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukota terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.476.757 jiwa (2010).
Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa,
dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa dan Samudera Hindia (Pulau Sempu dan Nusa Barung). Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan
memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni
berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.
Jawa timur berbatasan langsung dengan jawa tengah dan Yogyakarta di bagian barat, sedangkan di bagian timur Jawa timur berbatasan dengan Provinsi Bali, namun di pisahlan oleh laut yang si kenal dengan nama selat Bali. Jawa Timur memiliki beberapa kabupaten kota. Provinsi Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Ibu kotanya adalah Surabaya. Berikut adalah daftar kabupaten dan kota di Jawa Timur, beserta ibu kota kabupaten.DRAMA TARI TUGAS
NASKAH DRAMA TARI
ARJUNA DAN SRIKANDI

Dosen Pengampu :
Indah Lestari, S.Pd
Disusun Oleh :
Kelas IV (Empat)
i
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABDURACHMAN
SALEH SITUBONDO
2014
KATA PENGANTAR
Kami
panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah dan karya tari ini
dengan lancar guna memenuhi
Naskah
tari ini dapat kami selesaikan dengan baik dan memadai berkat dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu kami sampaikan terimakasih kepada :
1.
Ibu
Indah Lestari, S.Pd selaku dosen pembina .
2.
Tri
Wahyu Martiningsih, S.Pd Selaku dosen pembina .
3.
Orang
tua kami tercinta
4.
Para
seniman dan seniwati yang mengiringi
Kami menyadari karya
tari ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun harapan kami, dengan karya ini kami dapat melestarikan kesenian yang ada
di Universitas
Abdurachman Saleh Situbondo pada
khususnya dan Situbondo pada umumnya
Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi penciptaan dan proses kami
selanjutnya .
Situbondo, 04
Juli 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman judul
Kata Pengantar ..........................................................................................
i
Daftar Isi ..........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A.
Latar Belakang ..............................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................
2
A.
Sinopsis Cerita ..............................................................................
2
B. Naskah
Drama ..............................................................................
2
C.
Naskah Dialog ..............................................................................
5
TOKOH
Nama
Pemain ………………………………………….
9
Tari
Umbul – Umbul ………………………………………….
9
Tari
Bendera ………………………………………….
9
Tari
Umbul – Umbul dan Bendera ………………………………………….
9
Tari
Kijang ………………………………………….
10
Tari
Rakyat ………………………………………….
10
PENUTUP
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Seni merupakan pengalaman yang berguna untuk
memperaya perasaan dan pertmubuhan batin seseorang, baik sebagai seniman maupun
sebagai penikmat. Menurut Louis Ellfedt menegaskan bahwa tari sebagai bentuk
seni merupakan ekspresi yang mapu menciptakan image – image gerak yang membuat
kita lebih sensitif terhadap realitas .
Artinya keberadaan tari memiliki nilai guna dan
hasil guna yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Maka, kedudukan tari dalam
kerangka kehidupan sosial tersebut adalah sebagai media yang mampu mengikat
(hubungan sosial) dan sebuah kontribusi untuk menciptakan kesinambungan
kehidupan sosial. Jika pengertian tersebut digunakan untuk menyimak keberadaan
tari pada umumnya, dan tari Indonesia pada khususnya. Dapat disimak keberadaan
tari etnik yang terbesar di berbagai wilayah, yaitu di Indonesia sangat lekat
dan terkait dengan hajat hidup masyarakatnya baik sebagai bentuk ekspresi
sosial .
Sehubungan dengan hal itu, sebagai dasar pemikiran
penata gerak di dalam garapan ini adalah mengungkapkan kehidupan kerajaan yang
khususnya pada kehidupan Asmara Arjuna dan Srikandi. Hal ini bertujuan untuk memenuhi
tugas membuat drama tari untuk mata kuliah Pendidikan Seni Tari yang mewajibkan
setiap kelas membuat drama tari yang tema dan judulnya telah di tentukan oleh
dosen Pembina di masing – masing kelas .
BAB
II
PEMBAHAHASAN
A.
Sinopsis cerita.
Ø Hadirin tibalah saatnya,sebuah kaian menarik yang patut kita
saksikan bersama,kita nikmati bersama dan kita kaji bersama.Persembahan dari
kelas 4i PGSD UNARS Situbondo.
Ø Kali ini mengetengahkan, sebuah
drama tari MAHABHARATA.
MAHABHARATA
Ø Pada episode tedahulu,di gambarkan diceritakan tentang
sayembara,yang di adakan di kerajaan panchala.Yang pada akhirnya Arjuna dari pihak
Pandawala pemenangya. Namun pada
kenyataannya Drupadi yang harus kawin dengan Yudistira.
Ø Didalam season berikut ini akan menggambarkan menceritakan tentang
pertemuan Arjuna dan Srikandi
Ø Bagaimana kisah selatjutnya,inilah persembahan dari kelas 4i PGSD
UNARS Situbondo
B.
Naskah drama
Asmara Arjuna
Srikandi
Arjuna dan Srikandi
bertemu ketika di adakan sayembara oleh raja panchala raja Drupada, ketika itu
raja Drupada memberi kabar bahwa sayembara ini pemenangnya akan mendapat anak
sulungnya (Sang Puteri Mahkota kerajaan panchala) yang bernama Drupadi,
para pangeran dari seluruh kerajaan sekitar panchala pun mengikuti sayembara
tersebut termasuk para brahma dari kalangan pandawa, terompet tanda sayembara
akan dimulaipun mulai di tiup oleh pengawal kerajaan, raja Drupada telah
menempati singgasana di lapangan kerajaan tersebut ditemani puterinya Drupadi
dan Srikandi .
Satu persatu
pangeran mulai melakukan tantangan sayembara tersebut, satu persatu dari
merekapun mulai tersisih karena tidak bisa menyelesaikan tantangan sayembara
tersebut. Saat para pangeran mulai merasa mustahil untuk memenangkan sayembara,
kemudian majulah arjuna untuk melakukan
tantangan sayembara tersebut, Di saat Arjuna melaksanakan tantangan tersebutlah
Srikandi melihat Arjuna dan mulai merasa menyukai Arjuna, bahkan Srikandi
berbisik pada kakaknya drupadi bahwa Arjuna sangat tampan, dan pada akhirnya
sayembara tersebut dimenangkan oleh Arjuna, karena Arjunalah satu – satunya
yang dapat menyelesaikan tantangan sayembara tersebut .
Raja Drupada
pun sangat senang dengan selesainya sayembara tersebut, Sang rajapun memanggil
Arjuna untuk di umumkan menjadi pemenang yang akan dinikahkan dengan puterinya,
sesaat setelah di umumkan sebagai pemenang Arjuna berkata pada raja “Saya tidak
bisa menjadi satu – satunya suami dari Drupadi tuanku”
“Kenapa demikian?” Kata Drupada dengan emosi .
“Hamba telah sepakat dengan kakak – kakak hamba, bahwa apa saja
yang kami miliki akan kami bagi rata” Kata Arjuna sembari memanggil kakak –
kakaknya untuk berada disampingnya .
Drupada pun geram
mendengar ucapan dari arjuna, sangat tidak mungkin puterinya akan menikahi
kelima pandawa tersebut, setelah beberapa lama diam akhirnya Arjuna pun
mengambil keputusan agar kakak sulungnya (Yudistira) yang akan menikahi
Drupadi, Arjuna berkata “Jika Drupadi tidak bisa menikahi kami semua, saya pun
tidak pantas mendahului kakak saya Yudistira untuk menikah terlebih dahulu” .
“Tapi kamulah pemenangnya Arjuna bukan yudistira, tapi itu hakmu
sebagai pemenang” Kata Drupada. Setelah itu diputuskanlah bahwa yang akan
menikahi puteri Drupadi adalah Yudistira, dan meraka pun menikah .
Lama setelah pernikahan
Yudistira dan Drupadi, Srikandi yang seorang pemanah tengah berburu di hutan,
dia mencari kesana kemari hewan buruan dan akhirnya dia menemukan rusa dan di
jadikan rusa itu hewan buruannya kali ini, dia mengarahkan anak panahnya tepat
pada rusa tersebut, saat dia melepaskan anak dan mengenai rusa tersebut, namun
saat itu terdapat satu panah lain yang tertancap pula di badan rusa tersebut,
saat Srikandi hendak mengambil rusa buruannya, nampak pula seorang lelaki yang
ingin mengambil rusa itu juga dan ternyata laki – laki itu adalah Arjuna .
Saat itulah Arjuna jatuh
cinta akan kecantikan dan kepandaian Srikandi dalam memanah, Arjuna memendam
hasrat ingin menikahi Srikandi dan menjadikannya isteri ketiganya. Lama setelah
srikandi dan arjuna berada di hutan sampai sore menjelang mereka berpisah untuk
kembali ke istana masing – masing. Setelah beberapa hari setelah pertemuan itu
Arjuna datang ke Phancala untung meminang Srikandi.
Sesampainya di Panchala
Arjuna mengahadap ke raja Drupada dan berkata “Maaf baginda, ada hal yang ingin saya utarakan”.
“iya, ada apa Arjuna?” Kata raja .
Arjuna mengutarakan keinginannya yang berhasrat memiliki Srikandi,
sesaat suasana hening setelah Arjuna mengutarakan keinginannya, Raja terkejut
dengan keinginan Arjuna yang ingin meminang Srikandi sebagai isteri ketiganya.
Kemudian raja meminta dayang untuk memanggil Srikandi dan menyampaikan
keinginan Arjuna yang berhasrat meminangnya.
Srikandi sejenak terdiam
mendengar ucapan ayahnya, dalam hati Srikandi sangat senang mendengar hal
tersebut, namun Srikandi berusaha untuk tidak langsung menerima pinangan
Arjuna. Disaat Arjuna telah meninggalkan Panchala, Srikandi mengutarakan
tentang perasaan hatinya pada ayahnya .
“Sebenarnya saya mau menerima pinangan dari Arjuna” Kata Srikandi .
“Lalu mengapa tak kau terima saja tadi?” Jawab ayahnya .
Srikandi mengatakan
keinginannya jika Arjuna bersungguh – sungguh ingin menikahinya dia akan
menerima tantangan yang diberi oleh Srikandi, Srikandi berkata bahwa dia ingin
Arjuna mencari seorang wanita untuk beradu panah dengannya, jika wanita yang
diajukan Arjuna itu menang maka Srikandi bersedia menjadi isteri ketiga Arjuna.
Sebaliknya, jika Srikandi yang menang Srikandi tidak akan menerima lamaran dari
Arjuna .Rajapun menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk mengatakan
tantangan dari Srikandi untuk Arjuna.
Sementara itu
di kerajaan Arjuna, berkumpul Arjuna beserta istri – istrinya (Subadra dan
Rarasati) yang membicarakan keinginan Arjna yang ingin menjadikan Srikandi
istri ketiganya. Tiba – tiba datang prajurit dari panchala yang membawa
kabar tentang syarat dari Srikandi. Setelah mengetahui syarat tersebut terjadi
konflik antara Ajuna dan istri – istrinya, kemudian Rarasati yang bersedia menerima tantangan Srikandi .
Tibalah saatnya
tantangan itu di laksanakan, di alun – alun kerajaan berkumpul semua rakyat
untuk menyaksikan adu panah antara Srikandi dan Rarasati. Dalam adu panah yang
pertama Srikandi dan Rarasati beradu memanah sebuah telur dengan mata tertutup,
dalam adu panah yang pertama ini mereka sama – sama dapat mengenai sasaran
dengan tepat, Srikandi merasa heran melihat Rarasati dapat memanah dengan tepat.
Dalam adu panah
yang kedua Srikndi dan Rarasati beradu memanah mengenai satu sasaran dengan
lima anak panah, dalam adu panah yang kedua ini, saat Srikandi memanah salah
satu anak panah Srikandi meleset dari sasaran yang membuat seisi alun – alun
itu terdiam membuat suasana hening. Kemudian giliran dari Rarasati yang akan
memanah. Semua mata tertuju pada lima anak panah dari Rarasati yang tepat pada
sasaran. Srikandi pun mengakui kekalahan dan kehebatan dari Rarasati.
Setelah adu
panah itu berakhir dan di tentukan Rarasati pemenangnya, akhirnya Srikandi
menikah dengan Arjuna dan menjadi istri ke tiga Arjuna .
C.
Naskah dialog .
Pada saat sayembara yang memperebutkan Drupadi (pengangkatan Gendewo Panchala)
Bima : Tunggu adikku
Arjuna
Arjuna : Ada apa kanda?
Bima :
biarkan aku saja terlebih dahulu
Arjuna :
Baiklah kanda, silahkan ..
Pada
saat Arjuna dan Srikandi berburu, prajurit dari pihak Srikandi dan pandawa
hendak berperang .
Arjuna :
Hentikan …
Nakula :
Apa yang kau lakukan Arjuna?
Bima :
Kami adalah Saudaramu .
Sadewa :
Takkan ku biarkan sedikitpun mereka menyentuhmu Arjuna .
Yudistira :
Mereka hendak menyerangmu Arjuna?
Arjuna :
Kakakku Yudistira dan saudara – saudaraku, apa yang telah kalian lakukan sangat aku hormati, akan tetapi hatiku tertusuk
oleh panah api asmara. Dan aku akan meminangnya menjadi istriku .
Srikandi :
Benarkah itu pangeran?
Arjuna :
ya benar putri
Yudistira : Baiklah Arjuna, jika
memang itu kehendakmu, mari kita menuju ke kerajaan Panchala Drupada
Srikandi dan prajurit beserta para Pandawa
menuju ke kerajaan Panchala untuk meminang Srikandi .
Arjuna :
Ampun baginda, hamba menghadap .
Raja :
Baiklah .
Arjuna : Kedatangan hamba
dengan saudara – saudara hamba berniat untuk meminang putri baginda yaitu putri
Srikandi sebagai istri hamba .
Raja : Suatu kehormatan
bagi kerajaan Panchala atas lamaran dari pandawa. Baiklah, namun aku akan membicarakan terlebih
dahulu pada Srikandi. Bagaimana putriku?
Srikandi : Baiklah, saya akan
menerima lamaranmu pangeran Arjuna, tetapi dengan satu syarat .
Arjuna :
Syarat apa yang kau minta Putri?
Srikandi : Siapapun dari
pihakmu seorang wanita mengalahkanku beradu panah, maka aku siap menjadi
istrimu pangeran .
Arjuna :
Baiklah jika itu keinginanmu putri, aku akan turuti keinginanmu .
Baginda hamba mohon pamit, esok hamba akan
kembali .
Raja :
Baiklah .
Arjuna
dan pandawa beranjak pulang menuju ke kerajaannya, sesampainya di kerajaan
Arjuna memikirkan siapa yang akan menjadi lawan Srikandi, dia bingug mencari
orang yag dapat mengalahkan Srikandi .
Subadra :
Ada apa kangmas? Aku melihat kangmas dari tadi sangat gelisah .
Rarasati :
Benar kangmas, dinda melihat kangmas sangat gelisah .
Arjuna :
Begini dinda
Subadra dan Rarasati : iya kangmas .
Arjuna : Kangmas sangat ingin
sekali meminang seorang putri dari kerajaan Panchala, namun kangmas harus bias
mencari seorang wanita untuk beradu panah dengannya .
Rarasati :
Biarkan aku saja kangmas yang melakukannya .
Arjuna :
Benarkah itu dinda?
Rarasati :
Iya benar
Subadra : Jika memang benar itu
tekadmu dinda, aku hanya bias memberikan restu dinda .
Arjuna :
Baiklah mari kita menuju ke kerajaan Panchala .
Arjuna
beserta istri – istrinya menuju ke kerajaan Panchala untuk memenuhi syarat dari
Srikandi .
Arjuna : AMPUN BAGINDA, HAMBA menghadap untuk memenuhi
syarat yang telah putri srikandi berikan kepada hamba.
Raja : baiklah jika
memang kamu siap arjuna… punggawa siapkan busur dan anak panahnya…
Punggawa :
baik baginda.
Rarasati dan srikandi beradu panah, dan pada akhirnya Rarasati
mengalahkan Srikandi .
Raja :
rarasati telah mengalahkan mu srikandi, maka arjuna berhak menikahimu…
Srikandi :
baik ayah.
Raja : Untuk merayakan
pernikahan Arjuna dan Srikandi aku akan melaksanakan pesta selam 7 hari 7mala
dan jika perlu kita undang padepokan seni sekar Arum, berbahagialah Rakyatku
...
1. Abdul Rajab Haryoto Sebagai Raja Panchala
2. Mas’od sebagai Yudistira
3. A, Miftahul Arifin sebagai Arjuna
4. Khairul Imam Julianto sebagai Bima
5. Budi Kurniawan sebagai Nakula
6. Imam Taufik sebagai Sadewa
7. Dewi Rahma Yunita sebagai Srikandi
8. Erva Fitri Faradiani sebagai Rarasati
9. Anugerah Asyti Az Zahra sebagai Subadra
10. Khairul Umam sebagai prajurit
11. A.Hidayatullah Humairi sebagai prajurit
12. M. Thohir Syaifullah sebagai prajurit
13. Abdul Asis sebagai prajurit
TARI UMBL – UMBUL
1. Siti Fatimah
2. Ira Lufi Andani
3. Agustin Sudarmini
TARI BENDERA
1. Faridatul Rohmania
2. Lailatul Qodariah
3. Dafita Elfrida
4. Irma Fitriyah
5. Nur Cholila
TARI UMBUL – UMBUL DAN BENDERA
1. Siti Fatimah
2. Faridatul Rohmania
3. Lailatul Qodariah
4. Ira Lufi Andani
TARI KIJANG
1. Nur Fatmawati
2. Ispiniya
3. Siti Maymuna
TARI RAKYAT
1. Siti Fatimah
2. Ira Lufi Andani
3. Agustin Sudarmini
4. Faridatul Rohmania
5. Lailatul Qodariah
6. Dafita Elfrida
7. Nur Cholila
PENUTUP
Dengan belajar tari kami mendapatkan banyak
hal, terutama dalam kedisiplinan dalam menyiapkan segala hal yang berbentuk
kelompok yang berjumlah sangat banyak. Dengan drama tari ini kami mulai belajar
tentang gerak dasar dalam tari dan pengaplikasiannya, kami juga belajar mencari
gerakan yang sesuai dengan jalan cerita .
Selain itu, kami dapat mencoba menunjukkan
karya tari kami di depan umum dan mencoba untuk percaya diri dengan karya kami.
Seni tari sangat sulit dan membutuhkan ketekunan yang sangat amat membutuhkan
waktu yang lama untuk menentukan gerak yang sesuai dengan alur cerita .
Dengan cerita dan drama tari ini kami
mengetahui cara menjadi sebuah tim yang baik untuk menghasilkan karya yang
layak untuk dinikmati semua.
Langganan:
Postingan (Atom)